LEO Solo JetBike dari LEO Flight mempertegas ambisinya menjadi kendaraan terbang pribadi berteknologi mutakhir yang bisa dikendarai tanpa memerlukan lisensi pilot, memadukan pengalaman motocross dengan kemampuan eVTOL (electric Vertical Take-Off and Landing) yang futuristik.
Konsep dan Posisi Pasar
LEO Solo JetBike digambarkan sebagai “motor terbang” satu kursi dengan sistem penggerak listrik melalui 48 kipas mikro tertutup (ducted microjets) yang tersebar di kerangka kompak 6,5 × 6,5 kaki. Konfigurasi ini dirancang untuk memberikan stabilitas, redundansi, dan keamanan—meminimalkan risiko dari baling-baling terbuka seperti pada banyak konsep hoverbike sebelumnya.
Spesifikasi Teknis Utama
Menurut data resmi dan laporan media otomotif:Jenis: eVTOL terbang rendah (Part 103 ultralight menurut standar FAA)Kapasitas: 1 penumpang
Waktu Terbang: ± 10–15 menit per pengisian baterai
Kecepatan Maksimum: Dibatasi sekitar 60 mph (≈ 96 km/jam)
Ketinggian Maksimum: Sekitar 15 kaki di atas permukaan tanah
Sistem Baterai: Solid-state battery dengan pengisian di rumah
Tingkat Kebisingan: ± 80 dB (sekitar suara vacuum cleaner)
Fitur itu menjadikan Solo lebih sebagai kendaraan hiburan dan teknologi eksperimental daripada alat transportasi utama harian, namun tetap mampu menerima sorotan dari komunitas otomotif dan penerbangan.

Tanpa Lisensi Pilot: Menurunkan Hambatan Masuk
Kelebihan paling mencolok dari Solo JetBike adalah tidak memerlukan lisensi pilot di bawah aturan FAA Part 103, memungkinkan pengguna yang memenuhi persyaratan berat dan performa untuk menerbangkannya tanpa pelatihan formal panjang.
Pendekatan ini membuka pintu bagi penggemar otomotif dan penerbangan ringan untuk merasakan pengalaman terbang pribadi dengan hambatan administratif lebih rendah.
Harga dan Pre-Order
LEO Flight membuka harga sekitar Rp. 1,66 Miliar belum termasuk pajak dan biaya impor, sementara harga ritel diproyeksikan sekitar. Perusahaan menargetkan produksi pertama dan pengiriman akhir 2025, meskipun beberapa analis industri menyebut jadwal tersebut menantang mengingat teknologi baterai solid-state yang masih berkembang.
Peran di Masa Depan Mobilitas
Meskipun performanya terbatas—waktu terbang pendek dan ketinggian rendah Solo JetBike mengeksplorasi integrasi antara otomotif dan aeronautika futuristik.
Dengan fokus pada keselamatan (bebas baling-baling terbuka), desain kompak yang bisa diparkir di garasi, serta pengisian baterai yang sederhana, Solo berpotensi menjadi titik awal bagi evolusi kendaraan pribadi terbang skala kecil.
LEO Solo JetBike bukan sekadar prototipe eksentrik: ia mewakili loncatan teknologi eVTOL menuju konsumerisasi. Model ini membuka diskusi industri tentang kendaraan terbang pribadi yang lebih human-friendly, lebih aman, dan lebih mudah diakses dibandingkan desain tradisional.
Jika realisasi produksi sesuai rencana, Solo JetBike dapat menjadi simbol nyata pertumbuhan segmen mobilitas udara urban dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan.





